Cara Mengobati Gusi Bengkak Dengan Obat Alami

Jika mengalami gusi bengkak janganlah khawatir karena kita dapat membuat obat alami gusi bengkak. Menggunakan obat alami selain lebih ekonomis juga lebih aman karena tidak ada campuran bahan kimia di dalamnya. Selain tidak ada campuran bahan kimia, resiko jangka panjang yang ditimbulkan juga tidak ada.

Gusi yang bengkak, bernanah maupun berdarah serta sariawan dapat diatasi dengan obat alami gusi bengkak. Seperti yang kita ketahui bahwa gusi yang bengkak disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab gusi bengkak diantaranya yaitu karena gingivitis, kehamilan, kondisi mulut yang kurang bersih, maupun karena kurangnya asupan vitamin dalam tubuh.

Baca : Cara Hilangkan Biang Keringat Pada Bayi Agar Tidak Muncul Lagi


Pada artikel ini selain kita mengetahui obat alami gusi bengkak apa saja yang dapat dibuat juga dapat mengetahui perawatan gigi agar tidak terjadi pembengkakan pada gusi. Karena itu bacalah hingga selesai agar informasi yang kita dapatkan juga menjadi lengkap.

Obat Alami Gusi Bengkak Bernanah

Ramuan Obat Alami Gusi Bengkak ,Bernanah , Berdarah , dan Sariawan
Agar dapat mengatasi gusi bengkak berikut beberapa bahan dasar obat alami yang dapat digunakan untuk mengatasi gusi bengkak. Bahan alami tersebut patut digunakan dan caranya dapat kita coba di rumah karena merupakan obat alami yang ampuh dalam mengatasi gusi bengkak yang dapat menimbulkan rasa sakit dan nyeri. Inilah beberapa cara alami mengobati gusi bengkak .

1. Air Putih

Obat Alami Gusi Bengkak dan Sariawan adalah Mengkonsumsi air dalam jumlah banyak dapat menghasilkan air liur dalam mulut lebih banyak. Hal ini bermanfaat untuk membunuh kuman serta bakteri di dalam mulut yang dapat menyebabkan gusi bengkak.
Karena itu ketika kita merasakan tanda-tanda gusi bengkak seperti merasakan sakit pada gusi maka memperbanyak minum air putih adalah solusi yang tepat. Dengan begitu mulut akan senantiasa selalu bersih dari kuman dan bakteri.

2. Air garam

Obat alami yang yang dapat digunakan yaitu air garam. Air garam merupakan obat alami yang dapat digunakan untuk meredakan bengkak pada gusi. Air garam mengandung zat antiseptik yang dapat melawan kuman penyebab gusi bengkak.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melarutkan setengah sendok teh pada setengah gelas air hangat kemudian gunakan untuk berkumur. Lakukan cara ini sebanyak tiga kali sehari sampai bengkak pada gusi dapat berkurang.
Setiap selesai berkumur menggunakan air garam sebaiknya berkulmur juga menggunakan air yang bersih agar rasa asin dapat hilang. Lakukan cara ini secara teratur setiap hari.

3. Daun sirih

obat gusi bengkak bernanah selanjutnya yaitu menggunakan daun sirih. Daun sirih merupakan bahan alami yang sudah dipergunakan sejak pada zaman dahulu untuk perawatan pada gigi. Daun sirih juga mengandung antibiotik yang dapat melawan kuman di dalam mulut penyebab gusi bengkak. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengambil 10 lembar daun sirih serta kunyit satu ruas jari dan garam secukupnya.

Berilah air sebanyak setengah kliter dan rebus sampai mendidih. Setelah mendidih dinginkan dan airnya dapat diminum atau dapat juga digunakan untuk berkumur. Lakukan 2 sampai 3 kali sehari sampai bengkak pada gusi dapat berkurang.

4. Lada hitam dan minyak cengkih

Bahan alami berikutnya yaitu menggunakan lada hitam dan minyak cengkih. Kedua bahan alami tersebut juga dapat mengatasi gusi yang bengkak. Kita dapat mengoleskan minyak cengkih dan lada hitam pada gusi yang bengkak. Walaupun rasanya sedikit pedas namun cara ini cukup ampuh untuk mengatasi gusi bengkak. sehingga lada hitam dipercaya sejak dulu jadi bahan obat gusi bengkak Berdarah

5. Bayam duri

Bayam duri juga dapat digunakan untuk mengatasi gusi bengkak. Cara mengatasi gusi bengkak dengan menggunakan bayam duri ini cukup unik yaitu dengan membakar bayam duri menggunakan alas genteng. Setelah itu bayam ditumbuk hingga halus. Oleskan bayam yang ditumbuk tersebut pada bagian gusi yang bengkak dan sakit. Lakukan cara ini hingga bengkak berkurang.

6. Asam Jawa

Siapa yang tidak mengenal asam jawa dengan rasanya yang asam dan menyegarkan. Bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan masakan ini juga dapat bermanfaat untuk mengatasi gusi bengkak.

Cara yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut. Siapkan beberapa biji asam jawa kemudian sangrai selama beberapa menit. Setelah disangrai asam jawa dapat ditumbuk hingga halus. Gosokkan pada gigi yang dilapisi karang menggunakan sikat gigi. Karang gigi juga dapat menyebabkan gusi menjadi bengkak.

Cara Merawat Gusi Bengkak Dan Berdarah


Setelah mengetahui obat alami gusi bengkak, sangat penting untuk kita juga dapat merawat gigi. Menggunakan obat alami untuk gusi bengkak namun kita tidak merawat gigi juga akan menyebabkan hasil yang kurang maksimal. Perawatan gugi dan didi yang dapat dilakukan yaitu seagai berikut.

1. Menyikat gigi secara rutin

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebersihan mulut terutama gigi merupakan hal yang harus diperhatikan. Menyikat gigi secara teratur setiap hari dapat mempengaruhi kesehatan gusi dan gigi. Karena itu jika gusi bengkak telah sembuh, tetaplah menyikat gigi secara teratur setiap hari agar gigi dan gusi tetap sehat dan tidak bengkak.

2. Pemeriksaan dokter

Sebaiknya setiap enam bulan sekali kita pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi gigi kita. Kita dapat membersihkan gigi dari kotoran dan plak yang dapat menyebabkan gusi bengkak. Selain itu kita juga dapat berkonsultasi pada dokter tentang perawatan gigi yang baik agar tidak terjadi pembengkakan pada gusi.

3. Pola makan yang sehat

Mengkonsumsi buah serta vitamin C, kalsium, dan asam folat merupakan cara yang efektif untuk mengatasi gusi bengkak. Selain dapat mencegah gusi yang bengkak juga dpat membuat tubuh kita menjadi sehat

Pentingnya Obat Alami Gusi Bengkak


Menggunakan obat alami untuk mengatasi gusi yang bengkak memang hal yang paling aman. Dikatakan aman karena tidak ada campuran bahan kimia di dalamnya. Obat alami biasanya didapatkan di sekitar lingkungan sehingga kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk membeli obat.
Sangat penting mengobati gusi yang bengkak, bernanah, berdarah maupun sariawan dengan obat alami di atas agar tidak terus menerus dalam situassi tidak nyaman. Berbagai pilihan pada obat alami tersebut merupakan cara yang dapat kita gunakan untuk mengobati gusi yang bengkak.

Baca Juga: Cara Mengatasi Gigi Sensitif Dengan Bahan Alami Secara Permanen


Mengetahui obat alami untuk gusi bengkak serta mengetahui perawatan gusi agar tidak terjadi pembengkakan akan menjadikan kita lebih menjaga kebersihan terutama pada rongga mulut. Sebab mempunyai gusi yang bengkak akan menimbulkan rasa sakit serta tidak nyaman. Selain itu biasanya pembengkakan juga akan terlihat pada wajah kita.

Tentunya kita tidak ingin apabila gusi kita bengkak dan membuat penampilan kita menjadi kurang maksimalserta menjadi kurang percaya diri. Jangan pernah mengabaikan kebersihan pada mulut jika tidak ingin gusi menjadi bengkak, karena itu penting bagi kita unmtuk melaklukan perawatan pada gigi. Demikian beberapa obat alami gusi bengkak serta perawatannya semoga dapat menjadi manfaat.

Pahala Orang Sakit Menurut Islam

BANYAK sekali orang yang merasa kesal dan jengkel (annoyed, irritated) karena sakitnya yang tiada kunjung sembuh. Segala jenis pengobatan telah dilakukan, mulai dari pengobatan medis, pengobatan tradisional (terapi) bahkan hingga ada yang datang ke dukun (orang bisa) yang dianggap sholeh/suci hingga bisa menyembuhkan.

Tak jarang orang mengeluarkan puluhan juta demi kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, sejauh apapun tempatnya dan semahal apapun pengobatannya tidak menjadi suatu masalah asal sembuh dari sakitnya.

Pahala Orang Sakit Dalam Islam


Sadarkah anda, bahwa ternyata didunia ini kesehatan adalah sesuatu yang sangat mahal?

Maukah kaki anda ditukar dengan 1 milyar? Atau mata anda yang terkadang dikeluhkan karena sudah minus besar, ditukar dengan 1 milyar?

Terkadang kita tidak menyadari bahwa sehat adalah sesuatu rezeki yang الله berikan kepada kita, agar kita bisa bersyukur dan memanfaatkannya untuk bisa melakukan hal-hal yang positif.

Sahabat, akankah kita menyadari bahwa, sakit yang الله berikan adalah salah satu bentuk kasih sayang الله, yang الله berikan kepada kita?

Ada orang yang diberikan sakit selama bertahun-tahun, hingga pada akhirnya orang tersebut meninggal. Mungkin kita berfikir, mengapa الله tidak menyembuhkan orang tersebut? Padahal apalah sulitnya bagi الله سبحانا وتعاﱃ untuk menyembuhkan seseorang dari sakitnya.

Dari Ummul ‘Alaa’ رضي الله عنه , ia berkata : Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم pernah menjengukku pada waktu aku sedang sakit. Beliau bersabda, “Bergembiralah wahai Ummul ‘Alaa’, karena sakitnya orang muslim itu dengannya الله menghilangkan kesalahan-kesalahannya sebagaiman api menghilangkan kotoran-kotoran perak.” (HR. Abu Dawud)

Sahabat, bisa saja الله berlaku demikian, namun kita tidak mengetahui apa maksud didalamnya. Bisa saja الله memberikan sakit kepada seseorang agar terhapus dosa-dosanya di dunia, sehingga ketika ajal datang dia sudah bersih dari dosa.

Sakitnya seseorang jika disikapi dengan sabar, tanpa keluh kesah maka setiap sakitnya adalah ampunan baginya. Betapa الله sangat menyayangi kita sebagai hambaNya, sehingga sakitpun adalah penghapus bagi dosa-dosa yang kita lakukan.

Ketika sakit, dan kita sabar menghadapi sakit yang diderita, dan berlapang dada menerimanya, maka sungguh الله meninggikan derajatnya. Karena kesabaran dan keikhlasan menerima sakit yang diderita, bayangkan, jika sudah sakit kemudian mencaci, kesal dan penuh amarah, maka sudah sakit tak mendapatkan apa-apa pula.

Dari ‘Aisyah radhiallahu anaha ia berkata : Saya mendengar Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Tidaklah suatu penyakit mengenai orang mukmin kecuali dengannya الله menghapus kulesalahannya, mencatat kebaikan untuknya, dan mengangkat derajatnya.” (HR. Ibnu Abid Dunya, Thabrani lafadh itu baginya dan Hakim, ia berkata : Shahih sanadnya)

Sahabat, memang terkadang kita harus diberikan rasa sakit terlebih dahulu agar kita bisa menyadari akan nikmat yang telah الله berikan kepada kita. Ketika kita diuji dengan sakit gigi, baru kita sadar akan nikmatnya memiliki sebuah gigi, bayangkan jika kita mengalami sakit gigi pada keseluruhan gigi yang kita miliki, apa yang bisa kita lakukan? Satu saja sudah membuat kita kerepotan (stir, bustle, very busy), apalagi jika yang sakit semua gigi.

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan الله memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) ”. (As-syuaara, 42 : 30)

Namun secara sadar ataupun tidak sadar, kita sendiri yang memberikan saham badan kita menjadi sakit. Sakit menyadarkan diri akan nikmat yang telah الله berikan. Ketika sakit datang pula, bibir ini terucap istigfar.

Karena menyadari bahwa terlalu banyak dosa yang telah dilakukan dibanding kebaikan yang telah dilakukan, hingga timbul rasa takut maut akan menjemput, mulailah diri mengintropeksi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Dengan sakit membuat diri berintropeksi dengan kesalahan yang telah diperbuat.

Sakit tak menghalangi kita untuk beribadah, الله memberikan rukhsah (keringanan) kepada orang yang sakit, seperti ketika shalat, berhaji dsb. Tapi semua ibadah itu tetap bisa dilakukan, namun ada yang istimewa ketika sakit. Yaitu buah dari kesabaran dalam menjalani rasa sakit yaitu pahala yang sangat besar yang menanti.

Namun, tentu saja kita harus berusaha untuk sembuh, dengan berobat mengkonsumsi makanan yang sehat dan lain sebagainya. Jika sudah berusaha untuk mengobati sakit yang diderita namun belum sembuh juga, maka setiap sakit yang dirasakan itu adalah penggugur dosa, dan ditengah sakit itu tetap melakukan ibadah-ibadah, ibadah tersenyum, ibadah kesabaran, ibadah mensyukuri nikmat dan lain sebagainya.

Dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنه , bahwasanya ia mendengar Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Tidaklah sakit orang mukmin maupun mukminah, muslim maupun muslimah, kecuali dengannya الله menghapus kesalahan-kesalahannya”. Dan dalam satu riwayat, “Kecuali الله menghapus kesalahan-kesalahan darinya.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar dan Abu Ya’la)

Maka ketika sakit datang pada diri kita, bersabar dan berpositif thinking, serta jadikan ini sebagai ladang untuk beribadah agar dapat meraut pahala ketika sakit. Wallahu a’lam bishawab.

Keutamaan Bersuci Sebelum Tidur

Kematian, tidak ada seorangpun yang bisa memperkirakan kedatangannya. Sakit memang terkadang merupakan pendahuluan sebelum datangnya kematian. Namun tidak jarang orang yang sebelumnya sehat wal alfiat, tanpa adanya sebab akhirnya meninggal dunia. Bahkan kematian mungkin akan datang disaat manusia sedang tidur.

Manfaat Bersuci Sebelum Tidur


Tidur merupakan kematian kecil, yaitu perpaduan antara kehidupan dan kematian. Ketika seorang sedang tidur berarti ruhnya berpisah sementara dari badannya. Maka saat ia bangun dari tidurnya berarti Allah berkenan mengembalikan ruh ke dalam jasad orang itu.

Namun jika Allah berkehendak lain, Dia akan menahan ruh orang itu untuk selamanya sehingga tidak kembali ke badannya. Dan inilah yang disebut dengan peristiwa kematian.


"Allah menggenggam jiwa manusia ketika matinya dan menggenggam jiwa (manusia) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka dia tahanlah jiwa orang yang telah ditetapkan kematiannya, dan dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir." (QS. Az Zumar: 42)


Seorang mukmin yang mengerti dan meyakini konsep ini tentu tidak akan berangkat tidur begitu saja tanpa mempersiapkan kemungkinan dirinya tidak bangun lagi untuk selamanya. Rasulullah SAW telah memberikan teladan kepada kita untuk melazimi amalan-amalan sunah sebelum tidur, salah satunya adalah wudhu.

Tujuannya agar setiap muslim dalam kondisi suci pada setiap keadaannya, termasuk saat tidur. Hingga bila memang ajalnya datang menjemput, maka diapun kembali kehadapan Rabb-Nya dalam keadaan suci.


Suatu ketika sahabat Al-Bara' bin 'Azib berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku:

"Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhumu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah di atas bagian tubuh yang kanan. Lalu ucapkanlah: "Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang dan takut. Tidak ada tempat perlindungan dan penyelematan dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan Nabi yang telah Engkau utus." Apabila kamu meninggal dunia, maka kamu meninggal dalam keadaan fitrah. Dan jadikanlah ia ucapan terakhirmu." (HR. Bukhari)


Maksud firah dalam hadits ini adalah berada diatas dinul Islam, yaitu bertauhid kepada Allah subhana wa Ta'ala. Orang yang meninggal dunia dalam keadaan bertauhid maka akan dimasukkan ke dalam jannah.

Dengan menjalankan sunnah ini, juga akan menyebabkan seseorang bermimpi baik dalam tidurnya dan terjauhkan diri dari permainan setan yang selalu mengincarnya.


Sedang manfaat lainnya, Malaikat - makhluk Allah yang mulia, yang memiliki penampilan istimewa, dimana tahlil dan tasbih makan dan minumnya, yang selalu taat terhadap perintah Rabbnya- akan selalu menyertai para hambanya yang selalu bersuci dan memohonkan ampunan kepada Allah atas dosa-dosanya.

Dari Ibnu Abbas ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sucikanlah badan kalian niscaya Allah mensucikan kalian. Tidaklah seorang hamba bermalam dalam keadaan suci kecuali pada baju dalamnya terdapat malaikat yang bermalam bersamanya.

Dia tidak berbalik di waktu malam kecuali malaikat itu berdoa, 'Ya Allah, ampunilah hamba-Mu karena ia bermalam dalam keadaan suci". (Diriwayatkan oleh At Thabrani)


Ketika harus tidur dalam keadaan junub ..

Memang ketika seorang dalam keadaan junub, lebih utama jika ia bersegera untuk mandi. Namun Rasulullah SAW memberikan rukhsah kepada orang yang sedang junub untuk menunda mandi dan menggantinya dengan berwudhu sebelum tidur.

Dari Aisyah, ia berkata bahwa apabila Rasulullah SAW hendak tidur, padahal beliau sedang junub, maka beliau berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk mengerjakan shalat, sesudah itu barulah beliau tidur. (HR. Bukhari dan Muslim). Salah satu sebabnya adalah karena malaikat enggan mendekati seseorang yang tidur dalam keadaan junub, padahal ia belum berwudhu.

Dari Ammar bin Yasir, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya malaikat tidak akan mendekati jenazah orang kafir, orang yang melumuri tubuhnya dengan za'faran (kunyit) dan seorang yang sedang junub; kecuali ketika hendak makan, minum, dan tidur ia berwudhu terlebih dahulu." (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Dari Abu Hurairah , pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Sungguhnya umatku dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bersinar muka, tangan dan kakinya karena "wudhu". Maka barangsiapa diatara kamu mampu memperpanjang sinarnya, hendaklah dia (sering) melakukannya
(HR. Bukhari - Muslim).

Perhiasan orang mukmin (di surga) akan sampai pada tempat-tempat yang dibasahi oleh air wudhu (HR. Muslim)

Barangsiapa wudhu lalu membaguskan wudhunya maka kesalahan2nya keluar dari jasadnya hingga keluar dari bawah kukunya (HR Muslim)

Tidak seorangpun dari kamu berwudhu lalu dia bersungguh-sungguh (menyempurnakan wudhunya ) kemudian berdoa : Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah , tiada sekutu bagiNYA, dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah" melainkan dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja ia suka
(HR Muslim)


Subhanallah, begitu banyak manfaat yang akan kita dapat jika mau melazimi bersuci setiap saat.



Wallahua'lam bishawab,

Cara Mencapai Derajat Ihsan

DERAJAT IHSAN merupakan tingkatan tertinggi keislaman seorang hamba. Tidak semua orang bisa meraih derajat yang mulia ini.

Meraih Derajat Ihsan


Hanya hamba-hamba الله yang khusus saja yang bisa mencapai derajat mulia ini. Oleh karena itu, merupakan keutamaan tersendiri bagi hamba yang mampu meraihnya. Semoga الله ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk di dalamnya.

ANTARA ISLAM, IMAN DAN IHSAN


Suatu ketika Malaikat Jibril عليه السلام datang di majelis Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم dan para sahabatnya dalam rupa manusia, kemudian menanyakan kepada Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم beberapa pertanyaan. Di antara pertanyaannya adalah tentang makna Islam, Iman, dan IHSAN. Kemudian Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم menjawabnya dan dibenarkan oleh Jibril. Berdasarkan hadist riwayat Muslim , para ulama membagi agama Islam menjadi tiga tingkatan yaitu islam, iman, dan IHSAN.

Tingkatan agama yang paling tinggi adalah IHSAN, kemudian iman, dan paling rendah adalah islam. Kaum muhsinin (orang-orang yang memiliki sifat IHSAN) merupakan hamba pilihan dari hamba-hamba الله yang shalih.

Oleh sebab itu, sebagian ulama menjelaskan jika IHSAN sudah terwujud berarti iman dan islam juga sudah terwujud pada diri seorang hamba. Jadi, setiap muhsin pasti mukmin dan setiap mukmin pasti muslim. Namun tidak berlaku sebaliknya.

Tidak setiap muslim itu mukmin dan tidak setiap mukmin itu mencapai derajat muhsin. Pelaku IHSAN adalah hamba pilihan dari hamba-hamba الله yang shalih. Oleh karena itu, di dalam الْقُرْآنَ disebutkan hak-hak mereka secara khusus tanpa menyebutkan hak yang lainnya.

MAKNA IHSAN


Kata IHSAN (berbuat baik) merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni perbuatan seseorang untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan menahan diri dari dosa. Dia mendermakan kebaikan kepada hamba الله yang lainnya baik melalui hartanya, kehormatannya, ilmunya, maupun raganya.

Adapun yang dimaksud IHSAN bila dinisbatkan kepada peribadatan kepada الله adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululluah صلی الله علیﻪ و سلم dalam hadist Jibril :

“’Wahai Rasulullah, apakah IHSAN itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah الله seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim 102)

Dalam hadits Jibril, tingkatan Islam yang ketiga ini memiliki satu rukun. Nabi صلی الله علیﻪ و سلم menjelaskan mengenai IHSAN yaitu ‘Engkau beribadah kepada الله seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, الله akan melihatmu.’ Itulah pengertian IHSAN dan rukunnya.

Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di menjelaskan bahwa IHSAN mencakup dua macam, yakni IHSAN dalam beribadah kepada الله dan IHSAN dalam menunaikan hak sesama makhluk. Ihsan dalam beribadah kepada الله maknanya beribadah kepada الله seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya.

Sedangkan IHSAN dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hak-hak mereka. Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu yang wajib dan sunnah. Yang hukumnya wajib misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil dalam bermuamalah.

Sedangkan yang sunnah misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu bentuk IHSAN yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.

TINGKATAN IHSAN


Syaikh Sholeh Alu Syaikh hafidzahullah memberikan penjelasan bahwa inti yang dimaksud dengan IHSAN adalah membaguskan amal. Batasan minimal seseorang dapat dikatakan telah melakukan IHSAN di dalam beribadah kepada الله yaitu apabila di dalam memperbagus amalannya niatnya ikhlas yaitu semata-mata mengharap pahala-Nya dan sesuai dengan sunnah Nabi صلی الله علیﻪ و سلم .

Inilah kadar IHSAN yang wajib yang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang akan membuat keislamannya menjadi sah. Adapun kadar IHSAN yang mustahab (dianjurkan) di dalam beribadah kepada الله memiliki dua tingkatan, yaitu :

PERTAMA - TINGKATAN MUROQOBAH


Yakni seseorang yang beramal senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh الله dalam setiap aktivitasnya. Ini berdasarkan sabda Nabi صلی الله علیﻪ و سلم

فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

(jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu)

Tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu memperhatikan sifat-sifat الله, dia yakin bahwa الله melihatnya. Tingkatan inilah yang dimiliki oleh kebanyakan orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa الله memperhatikan apa yang dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya tersebut. Hal ini sebagaimana الله firmankan dalam surat Yunus ,

وَمَاتَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَاتَتْلُوا مِنْهُ مِنْ قُرْءَانٍ وَلاَتَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ …{61}

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…” (Yunus: 61)

KEDUA - TINGKATAN MUSYAHADAH


Tingkatan ini lebih tinggi dari yang pertama, yaitu seseorang senantiasa memeperhatikan sifat-sifat الله dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut. Inilah realisasi dari sabda Nabi صلی الله علیﻪ و سلم:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاه

(‘Kamu menyembah الله seakan-akan kamu melihat-Nya’)


Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada الله, seakan-akan dia melihat-Nya. Yang dimaksud adalah memperhatikan sifat-sifat الله, yakni dengan memperhatikan pengaruh sifat-sifat الله bagi makhluk.

Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat الله, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan الله pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat IHSAN.

KEUTAMAAN IHSAN


الله سبحانا وتعاﱃ berfirman,

إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ {128}

“Sesungguhnya الله beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat IHSAN.” (An Nahl: 128)

Dalam ayat ini الله menunjukkan keutamaan seorang muhsin yang bertakwa kepada الله, yang tidak meninggalkan kewajibannya dan menjauhi segala yang haram. Kebersamaan الله dalam ayat ini adalah kebersamaan yang khusus.

Kebersamaan khusus yakni dalam bentuk pertolongan, dukungan, dan petunjuk jalan yang lurus sebagai tambahan dari kebersamaan الله yang umum (yakni pengilmuan الله). Makna dari firman الله وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ( dan orang-orang yang berbuat IHSAN) adalah yang mentaati Rabbnya, yakni dengan mengikhlaskan niat dan tujuan dalam beribadah serta melaksankanan syariat الله dengan petunjuk yang telah dijelasakan oleh Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم .

Dalam ayat lain الله berfirman,

وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ {195}

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan الله, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya الله menyukai orang-orang yang berbuat IHSAN.” (Al Baqarah:195)

Ketika menafsirkan ayat ini Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa IHSAN pada ayat ini mecakup seluruh jenis IHSAN. Hal ini karena tidak ada pembatasan pada ayat ini. Maka termasuk di dalamnya IHSAN dengan harta, kemuliaan, pertolongan, perbuatan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dan perbuatan IHSAN lain yng diperintahkan oleh الله.

Termasuk di dalamnya juga adalah IHSAN dalam beribadah kepada الله. Hal ini sebagaimnan sabda Nabi ‘Kamu menyembah الله seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu ..’ Barangsiapa yang memiliki sifat IHSAN tersebut, maka dia tergolong orang-orang yang الله terangkan dalam firman-Nya (artinya):

“Bagi orang-orang yang berbuat IHSAN, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah الله سبحانا وتعاﱃ)” (QS Yunus: 26) الله akan bersamanya, memberinya petunjuk, membimbingnya, serta menolongnya dalam setiap urusannya.

الله سبحانا وتعاﱃ juga berfirman (artinya),

“Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) الله dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya الله menyediakan bagi siapa yang berbuat IHSAN (kebaikan) diantaramu pahala yang besar.” (Al Ahzab: 29)

PENERAPAN MAKNA IHSAN DALAM KEHIDUPAN


Pembaca yang dirahmati الله, sikap IHSAN ini harus berusaha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita berbuat amalan kataatan, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk الله. Sebaliknya jika terbesit niat di hati kita untuk berbuat keburukan, maka kita TIDAK mengerjakannya karena sikap IHSAN yang kita miliki. Seseorang yang sikap IHSANNYA kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang الله yang selalu melihatnya.

Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin الله melihat perbuatannya. IHSAN adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.

Siapa pun kita, apa pun profesi kita, di mata الله tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat IHSAN dalam seluruh amalannya. Kalau kita cermati pembahasan di atas, untuk meraih derajat IHSAN, sangat erat kaitannya dengan benarnya pengilmuan seseorang tentang nama-nama dan sifat-sifat الله.

Semoga Allah memberi kita karunia IHSAN dan mewujudkan IHSAN dalam diri kita, sebelum الله mengambil ruh ini dari jasad kita. Semoga bermanfaat. Allahul musta’an ..
Aamiin yaa Robbal alamin ..

Wallahua'lam bishawab,







Kisah Rasulullah SAW Menangis Saat Di Padang Mahsyar

Kali ini saya akan menulis tentang Kisah Rasulullah SAW Menangis Saat Di Padang Mahsyar, Dari Usman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas ra, bapa saudara Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW telah bersabda, yang bermaksud:

“Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur (bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang lain.

Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang) tanah yang ada di atas kepala mereka. Mereka semua akan berkata: “Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan kami bersaksi bahawa Muhammad itu Rasulullah.

Inilah yang telah dijanjikan oleh Allah Taala serta dibenarkan oleh para rasul.” Ibnu Abbas ra berkata: “Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW. Jibril as akan datang kepadanya bersama seekor Buraq.

Israfil pula datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. Izrail pula datang dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga.”

Jibril as akan menyeru: “Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?”

Bumi akan berkata: “Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-ganangku. Aku tidak tahu dimana kubur Muhammad SAW.”
Rasulullah SAW bersabda: “Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur.”

Israfil bersuara: “Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!”

Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri, baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW.

Baginda SAW melihat kanan dan kiri. Baginda SAW dapati, tiada lagi bangunan. Baginda SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Jibril as berkata kepadanya: “Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi Allah Taala di tempat yang luas.”

Baginda SAW bertanya, “Kekasihku Jibril! Hari apakah ini?”

Jibril as menjawab: “Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan Allah Taala.”

Baginda SAW bersabda: “Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!”

Jibril as berkata: “Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?”

Baginda SAW bersabda: “Bukan seperti itu pertanyaanku.”

Jibril as berkata: “Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?”

Baginda SAW bersabda: “Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?”

Jibril as berkata: “Demi keagungan Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?”

Baginda SAW bersabda: “Niscaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku.”

Jibril as berkata kepada baginda SAW: “Tungganglah Buraq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan Tuhanmu!”

Jibril as datang bersama Buraq ke arah Nabi Muhammad SAW. Buraq cuba meronta-ronta. Jibril as berkata kepadanya: “Wahai Buraq! Adakah kamu tidak malu dengan makhluk yang paling baik dicipta oleh Allah Taala? Sudahkah Allah Taala perintahkan kepadamu agar mentaatinya?”

Buraq berkata: “Aku tahu semua itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga sebelum dia menunggangku. Sesungguhnya, Allah Taala akan datang pada hari ini di dalam keadaan marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini.”

Baginda SAW bersabda kepada Buraq: “Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku, niscaya aku memberi syafaat kepadamu.”

Setelah berpuas hati, Buraq membenarkan baginda SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap langkahan Buraq sejauh pandangan mata. Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari perak yang putih, malaikat Israfil as menyeru: “Wahai tubuh-tubuh yang telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus!

Bangkitlah kamu dari perut burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa.

Roh-roh telah diletakkan di dalam tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan roh makhluk. Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat seperti air mani lelaki.

Daripadanya, terbinalah tulang-tulang. Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebagian mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.

Allah Taala berfirman: “Wahai Israfil! Tiup tanduk atau sangkakala tersebut dan hidupkan mereka dengan izinKu akan penghuni kubur. Sebagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebagian dari mereka adalah golongan yang celaka dan derita.”

Malaikat Israfil as menjerit: “Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada tubuh-tubuh mu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan semesta alam.”
Allah Taala berfirman:

“Demi keagungan dan ketinggianKu! Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!”


Apabila roh-roh mendengar sumpah Allah Taala, roh-roh pun keluar untuk mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia, masing-masing melihat.

Nabi SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis, melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka. Mereka seperti gelombang lautan.
Jibril as menyeru: “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Allah Taala.”

Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, baginda SAW akan bertanya: “Di mana umatku?”

Jibril as berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir.”

Apabila nabi Isa as datang, Jibril as menyeru: Tempatmu!” Maka nabi Isa as dan Jibril as menangis.
Nabi Muhammad SAW berkata: “Mengapa kamu berdua menangis.”

Jibril as berkata: “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”

Nabi Muhammad bertanya: “Di mana umatku?”

Jibril as berkata: “Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan.”
Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya: “Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”

Jibril as berkata: “Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!”

Apabila Nabi Muhammad SAW melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan salawat kepada baginda SAW dengan apa yang telah Allah Taala muliakannya. Mereka gembira karena dapat bertemu dengan baginda SAW. Baginda SAW juga gembira terhadap mereka.

Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: “Wahai Muhammad!”

Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai umatku.” Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis.
Ketika mereka di dalam keadaan demikian, terdengar dari arah Allah Taala seruan yang menyeru: “Di mana Jibril?”

Jibril as berkata: “Jibril di hadapan Allah, Tuhan semesta alam.”
Allah Taala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi: “Di mana umat Muhammad SAW?”

Jibril as berkata: “Mereka adalah sebaik umat.”

Allah Taala berfirman: “Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasihKu Muhammad SAW bahawa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu.”

Jibril as kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Allah Taala.”

Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: “Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Allah Taala.”


Orang-orang yang berdosa menangis karena terkejut dan takut akan azab Allah Taala. Nabi Muhammad SAW memimpin mereka sebagaimana pengembala memimpin ternakannya menuju di hadapan Allah Taala. Allah Taala berfirman: “Wahai hambaKu! Dengarkanlah kamu baik-baik kepadaKu tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu semua melakukan dosa!”

Hamba-hamba Allah Taala terdiam. Allah Taala berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaatiKu. Dan, Aku akan mengazab siapa yang durhaka terhadapKu. Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya, bawalah ke neraka Jahanam!”

Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: “Wahai Malik! Allah Taala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam.”
Malik bertanya: “Apakah hari ini?”

Jibril menjawab: “Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan.”

Malik berkata: “Wahai Jibril! Adakah Allah Taala telah mengumpulkan makhluk?”
Jibril menjawab: “Ya!”
Malik bertanya: “Di mana Muhammad dan umatnya?”
Jibril berkata: “Di hadapan Allah Taala!”

Malik bertanya lagi: “Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap kepanasan nyalaan Jahanam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka semua adalah umat yang lemah?”
Jibril berkata: “Aku tidak tahu!”

Malik menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan yang menggerunkan. Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya menangis).

Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia mengambil alih. Kanak-kanak mula beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul anaknya mencampakkan mereka. Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk.

RASULULLAH SAW MEMBELA UMATNYA


Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah nabi Ibrahim as. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “TuhanKu dan Penguasaku! Aku adalah khalilMu Ibrahim.

Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini.”

Allah Taala berfirman: “Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya.”

Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “KalamMu. Aku tidak meminta kepadaMu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”

Isa as datang di dalam keadaan menangis. Baginda bergantung dengan Arsy lalu menyeru: “Tuhanku... Penguasaku.. Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”

Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru: “Tuhanku.. Penguasaku Penghuluku.... !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!”
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”

Neraka pula berseru: “Wahai Tuhanku... Penguasaku dan Penghuluku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari siksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyiksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyiksaan.”

Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhannya.
Allah Taala berfirman: “Di mana matahari?” Maka, matahari dibawa mengadap Allah Taala. Ia berhenti di hadapan Allah Taala.

Allah Taala berfirman kepadanya: “Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?”

Matahari menjawab. “Tuhanku! Maha Suci diriMu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?”
Allah Taala berfirman: “Aku percaya!”

Allah Taala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali lipat. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk.”

Ibnu Abbas r.h. berkata: “Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit.

Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat.
Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya.

Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.

Daripada Thabit Al-Bani, daripada Usman Am Nahari berkata: “Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.h. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.”

Baginda SAW bersabda: “Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?”
Fatimah menjawab: “Aku teringat akan firman Allah Taala.”

“Dan, kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka.”

Lalu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: “Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang.

Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi.”

Fatimah r.h. berkata: “Wahai bapaku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?”
Baginda SAW menjawab: “Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Allah Taala:” Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia.
( Abasa: 37)

Fatimah ra. bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?”
Baginda SAW menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”

Fatimah r.h. bertanya lagi: “Sekiranya aku dapati kamu tiada di telaga?”

Baginda SAW bersabda: “Kamu akan menjumpaiku di atas Sirat sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: “Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: “Aamiin.”

Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Taala lalu berfirman: “Niscaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah.”

Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.

Apabila seruan dari tengah Arsy kedengaran, maka manusia yang menyembahNya datang beriring. Sebahagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW!”

Allah Taala berfirman kepada mereka: “Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?”
Mereka berkata: “Kami tidak menyembah melainkan Tuhan Kami. Dan, kami tidak menyembah selainNya.”

Mereka ditanya lagi: “Kami mengenali Tuhan kamu?”
Mereka menjawab: “Maha Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya.”

Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela mereka. Mereka berkata: “Marilah kita pergi meminta syafaat kepada Muhammad SAW!”

Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.

1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
2. Kumpulan pemuda.
3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.


Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.

Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: “Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: “Di mana Muhammad?”

Mereka berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami sahaja. Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami.

Timbangan semakin berat. Oleh itu tolonglah kami agar memohon kepada Allah Taala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka.”

Nabi Adam as berkata: “Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Taala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya kerana lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.

Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: “Wahai Nabi kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka.”

Nabi Nuh as berkata: “Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Taala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!”

Nabi Ibrahim as berkata: “Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!”

Nabi Musa as berkata: “Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemahuanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa Isa as!”

Mereka pergi berjumpa nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: “Sesungguhnya Allah Taala telah melaknat orang-orang Kristian. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Taala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepadaNya mengenai ibuku Mariam.”

Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka.”
Suara Mariam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala.”

NABI MUHAMMAD SAW MENJERIT DARI ATAS MIMBAR LALU BERSABDA :
" MARILAH KEPADAKU WAHAI UMATKU . WAHAI SIAPA YANG BERIMAN DAN TIDAK MELIHATKU. AKU TIDAK AKAN PERNAH LARI DARI KAMU MELAINKAN SENANTIASA MEMOHON KEPADA ALLAH TA'ALA UNTUKMU "

UMAT NABI MUHAMMAD BERKUMPUL DI SISINYA


Terdengar suara seruan: “Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhanmu!” Nabi Adam as berkata: “Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku.”
Nabi Adam as pergi menemui Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya: “Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!”

Nabi Adam as bertanya: “Berapa ramai untukku kirimkan?”
Allah Taala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka.”

Allah Taala berfirman lagi:

“Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, niscaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang menderhakaiKu Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan).

Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa.

Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahawa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas.”

Nabi Adam as berkata: “Tuhanku! Penguasaku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hambaMu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!”

UMAT MANUSIA MENITI SHIRAT


Allah Taala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan.”

Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai Muhammad! Siapa yang datang dari umatmu , maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!”

Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar apabila melihatmu.”

Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah aku wahai umatku di atas Sirat ini!”

Kumpulan pertama berhasil melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas. Kumpulan yang kelima berlari.

Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk karena mereka dahaga dan payah. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.

Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan kepalan menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka.

Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”
Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka!

Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Sirat. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui.

Di atasnya ada kanak-kanak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh.

Apabila mereka melihat ibu dan bapa mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum karena kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama.

Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka. Suara tangisan mereka semakin nyaring.

Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapa dan ibuku.”
Kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul. Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”

Malaikat berkata kepada mereka: “Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”

Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: “Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka.”


Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu Sirat. Ia dipanggil “Tempat Teropong.” Kaki-kaki mereka akan tergantung di Sirat.

Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya, ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas kepalanya.

Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, anak-anak akan meninggikan tangisan mereka.

Rasulullah SAW bersabda:

“Apa yang terjadi pada masa dului?” Malaikat menjawab: “Mereka menangis karena berpisah dengan bapa dan ibu mereka. “Nabi SAW bersabda: “Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Allah.”

Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini dan menjadikan kita sebagian dari mereka.

Rahasia Dibalik Gerakan Sholat Untuk Kesehatan Tubuh

Artikel kali ini akan membahas tentang Rahasia Dibalik Gerakan Sholat Untuk Kesehatan Tubuh, Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah.Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.

Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu.


Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku,tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."

Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.

Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"

"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah.

Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."

Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.

Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal.

Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Hikmah gerakan shalat


Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau "jalinan komunikasi" antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.

Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).

Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh.

Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal.
"Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah."

Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.

Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.

"Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya.

Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk.

Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak." Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya.

Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

"Selepas itu, sujudlah dengan tenang." Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati.

Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang." Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita.

Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhanallah!

Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman.


semoga bermafaat ...